Pemerintah perkirakan ekonomi tumbuh negatif pada kuartal kedua
Sampai akhir 2020 pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan hanya sebesar 0 hingga 0,5 persen
Pemerintah memperkirakan ekonomi akan tumbuh negatif pada kuartal kedua tahun ini karena sebagian besar kegiatan ekonomi dan penjualan barang mengalami penurunan.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah berupaya menjaga pertumbuhan pada kuartal ketiga dan keempat bisa membaik.
“Kalau negatif terlalu dalam, nanti akan lebih sulit dan kita tidak bisa menjangkaunya,” ujar Menko Airlangga dalam diskusi virtual pada Selasa malam.
Menurut Menko Airlangga, sejak April hingga 26 Mei ada 32 sektor usaha yang mengalami penurunan penjualan secara tahunan akibat dampak Covid-19.
Dia menjelaskan ada 18 sektor yang mengalami kontraksi secara tahunan pada dua bulan kuartal kedua tahun ini.
Antara lain otomotif dan alat transportasi (minus 51 persen), distribusi retailer dan toserba (minus 22 persen), peralatan elektronik (minus 25 persen), makanan dan minuman (minus 21 persen), dan pembiayaan konsumen (minus 53 persen).
Selain itu sektor hasil kayu dan kehutanan minus 24 persen, jasa keuangan minus 44 persen, restoran minus 72 persen, dan pariwisata minus 74 persen.
Sektor lain yang juga mengalami kontraksi adalah sektor bahan bangunan dan besi konstruksi minus 19 persen, teknologi informasi minus 19 persen, jasa usaha minus 17 persen, pertambangan migas minus 26 persen, industri logam dasar minus 29 persen.
Kemudian sektor perkebunan dan pertanian minus 15 persen, bahan kimia dan plastik minus 16 persen, pembangkit energi dan listrik minus 14 persen, serta industri karet dan kulit minus 2 persen.
Menurut dia pada periode yang sama terdapat 14 sektor usaha yang mengalami perlambatan pertumbuhan secara tahunan seperti kebutuhan konsumen rumah tangga minus 21 persen.
Selain itu pertambangan non-migas minus 29 persen, peralatan kantor dan stationary minus 37 persen, properti dan konstruksi minus 35 persen, media informasi minus 28 persen, kemudian tekstil dan produk tekstil minus 43 persen.
Sektor infrastruktur sarana angkutan juga tumbuh negatif 42 persen, permesinan dan alat berat minus 22 persen, transportasi dan logistik minus 17 persen.
Sektor pengemasan minus 23 persen, peternakan dan perikanan minus 17 persen, telekomunikasi minus 18 persen, rokok dan tembakau minus 12 persen, serta batu bara minus 4 persen.
“Hanya ada empat sektor lain yang masih tumbuh positif secara tahunan yakni prasarana umum 25 persen, farmasi dan alat kesehatan 3 persen, makanan pokok 7 persen, dan minyak nabati 16 persen,” jelas Menko Airlangga.
Namun menurut dia, keempat sektor tersebut tidak bisa mengkompensasi kondisi seluruh sektor usaha yang mayoritas memburuk.
Hingga akhir 2020 pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan hanya sebesar 0 hingga 0,5 persen, ujar Menko Airlangga
“Pertumbuhan hanya masuk ke angka 0 hingga 0,5 persen walaupun pemerintah tetap mendorong antara 0,5 sampai 2,3 persen,” ujar dia.