Indonesia umumkan 2.381 kasus baru Covid-19, Jakarta rekor tertinggi
DKI Jakarta melaporkan rekor kasus harian tertinggi, yakni 577 kasus baru dalam 24 jam terakhir
Indonesia mengumumkan 2.381 kasus baru Covid-19 pada Rabu, sehingga total kasus menjadi 104.432 orang.
Menurut data resmi pemerintah, kasus sembuh bertambah 1.599 orang dalam 24 jam terakhir, sehingga totalnya menjadi 62.138 orang.
Selain itu, Indonesia juga mencatat 74 kasus meninggal dalam 24 jam terakhir sehingga total menjadi 4.975 orang.
DKI Jakarta melaporkan rekor kasus harian tertinggi, yakni 577 kasus baru dalam sehari sehingga totalnya menjadi 20.572 kasus.
Sementara itu, Jawa Timur melaporkan kasus kematian tertinggi dalam 24 jam terakhir yakni 33 orang.
Data Pemprov DKI Jakarta justru menunjukkan angka yang lebih tinggi, yakni 584 kasus dalam 24 jam terakhir.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan kasus yang ditemukan lebih banyak karena jumlah tes juga terus meningkat.
“Jakarta mengambil strategi mencari orang-orang yang terpapar, lalu diisolasi,” kata Anies kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
“Kalau Jakarta hanya ingin angkanya kecil, maka pemprov tidak perlu melakukan tes, dijamin angka Covid-19 langsung turun,” lanjut dia.
Anies menuturkan ada 43 ribu tes yang telah dilakukan di DKI Jakarta selama sepekan terakhir dengan positivity rate menjadi 6,3 persen.
Sebelumnya, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengatakan rasio kasus positif di Jakarta terus meningkat selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi berlaku mulai 4 Juni 2020.
Anggota Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan positivity rate di DKI Jakarta kini melebihi 5 persen dalam dua pekan terakhir.
Pada 9-15 Juli 2020, DKI Jakarta mengetes 40.616 orang dengan jumlah kasus positif sebanyak 2.115 kasus atau 5,21 persen.
Satgas juga mencatat bahwa pada 16-22 Juli 2020 positivity rate DKI Jakarta meningkat menjadi 5,94 persen atau 2.474 kasus positif dari total 41.638 orang yang dites.
Padahal sebelum 9 Juli 2020, positivity rate berkisar di bawah 5 persen atau sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan transisi.
“Ini sudah alarming, berarti ada yang perlu kita tingkatkan seperti protokol kesehatannya harus lebih patuh dan disiplin lagi,” kata Dewi dalam telekonferensi di Graha BNPB, Jakarta pada Rabu.